Kamis, 08 Juli 2010

REJEKI LANCAR DENGAN BERSEDEKAH

Artikel ini bersumber dari : wisatahati.com

Tulisan ini diilhami oleh masrobertk dalam salah satu blognya. Dia menulis tentang keajaiban sedekah dan tip mudah bersedekah. Tulisannya itu sudah terbukti dalam kehidupannya. Suatu saat masrobertk membutuhkan uang Rp 1.000.000. Tapi dia hanya memiliki uang Rp 100.000 di kantongnya. Dengan ikhlas (kalau saya sih nekat.. ) masrobertk menyumbangkan uang itu ke dalam kotak amal masjid. Tidak berapa setelah melakukan kegiatan sedekah itu, waktu mau pulang kantor, beliau dipanggil bendahara kantornya untuk menerima haknya yang belum dibagi, yaitu sejumlah Rp. 1000.000,-.
Masrobertk menggunakan rumus 10% dalam bersedekah. Misalkan hari ini penjualannya menghasilkan laba Rp. 500.000, maka uang sejumlah Rp 50.000 harus disumbangkan ke pihak yang membutuhkan seperti fakir miskin, yatim piatu atau di jalan Allah lainnya. Kalau dilihat dari nilai nominalnya mungkin terlalu besar ya, Rp 50.000 tiap hari. Tapi jangan risau dulu, dengan sedekah 50.000, kalau dilakukan dengan ikhlas insyaAllah akan mendapatkan balasan 10 kali lipat, menjadi rp 500.000, demikian menurut masrobertk. Intinya amal harus dilakukan secara ikhlas dan mempunyai keyakinan penuh bahwa Allah mempunyai sumber-sumber rejeki yang tidak terduga dengan jumlah yang tidak terbatas pula yang siap diberikan kepada kita.
saya juga pernah mengalami hal yang hampir serupa, tapi besaran nominalnya tidak pas 10% karena tidak bisa kita nilai secara nominal. Suatu sore
saya bersedekah ilmu tentang domain dan hosting kepada salah seorang teman. Eh… keesokan harinya saya dapat hadiah domain dan hosting gratis dari teman dan sebuah kontest di internet. Benar-benar langsung pembalasan dari Allah jika sedekah itu dilakukan secara tulus dan ikhlas.
Gimana anda mau mencoba ilmu memperlancar rejeki yang diterapkan oleh masrobertk ini? Lakukan dengan segenap ketulusan hati ya….

YUSUF MANSUR VS SEKURITI POM BENSIN


Dapat dari milis dari : wisatahati.com


SEMOGA BERMANFAAT
Banyak yang mau berubah, tapi memilih jalan mundur.
Andakah orangnya?


Satu hari saya jalan melintas di satu daerah.. Tetidur di dalam mobil. Saat
terbangun, ada tanda pom bensin sebentar lagi. Saya pesen ke supir saya:
"Nanti di depan ke kiri ya".
"Masih banyak, Pak Ustadz".
Saya paham. Supir saya mengira saya pengen beli bensin. Padahal bukan. Saya
pengen pipis.
Begitu berhenti
dan keluar dari mobil, ada seorang sekuriti.
"PakUstadz!" .
Dari jauh ia melambai dan mendekati saya.
Saya menghentikan langkah. Menunggu beliau.
"Pak Ustadz, alhamdulillah nih bisa ketemu Pak Ustadz. Biasanya
kan hanya melihat di TV saja…". Saya senyum aja. Ga ke-geeran,
insya Allah, he he he.
"Saya ke toilet dulu ya".
"Nanti saya pengen ngobrol boleh Ustadz?"
"Saya buru-buru loh. Tentang apaan sih?"
"Saya bosen jadi satpam Pak Ustadz".
Sejurus kemudian saya sadar, ini Allah pasti yang "berhentiin" saya.
Lagi enak-enak tidur di perjalanan, saya terbangun pengen pipis. Eh nemu pom
bensin. Akhirnya ketemu sekuriti ini. Berarti barangkali saya kudu bicara
dengan dia. Sekuriti ini barangkali "target operasi" dakwah hari ini.
Bukan jadwal setelah ini.
Begitu pikir saya.
Saya katakan pada sekuriti yang mulia ini, "Ok, ntar habis dari toilet
ya".
***
"Jadi, pegimana? Bosen jadi satpam? Emangnya ga gajian?", tanya saya
membuka percakapan. Saya mencari warung kopi, untuk bicara-bicara dengan beliau ini.
Alhamdulillah ini pom bensin bagus banget.
Ada minimart nya yang dilengkapi fasilitas ngopi-ngopi ringan.
"Gaji mah ada Ustadz. Tapi masa gini-gini aja?"
"Gini-gini aja itu, kalo ibadahnya gitu-gitu aja, ya emang udah begitu.
Distel kayak apa juga, agak susah buat ngerubahnya" .
"Wah, ustadz langsung nembak aja nih".
Saya meminta maaf kepada sekuriti ini umpama ada perkataan saya yang salah.
Tapi umumnya begitu lah manusia. Rizki mah mau banyak, tapi sama Allah ga
mau mendekat. Rizki mah mau nambah, tapi
ibadah dari dulu ya begitu-begitu
saja.
"Udah shalat ashar?"
"Barusan Pak Ustadz. Soalnya kita kan tugas. Tugas juga kan
ibadah, iya ga?
Ya saya pikir sama saja".
"Oh, jadi ga apa-apa telat ya? Karena situ pikir kerja situ adalah juga
ibadah?"
Sekuriti itu senyum aja.
Disebut jujur mengatakan itu, bisa ya bisa tidak. Artinya, sekuriti itu bisa
benar-benar menganggap kerjaannya ibadah, tapi bisa juga ga. Cuma sebatas
omongan doangan. Lagian, kalo nganggap kerjaan-kerjaan kita ibadah, apa yang
kita lakukan di dunia ini juga ibadah, kalau kita niatkan sebagai ibadah.
Tapi, itu ada syaratnya. Apa syaratnya? Yakni kalau ibadah wajibnya, tetap
nomor satu. Kalau ibadah wajibnya nomor tujuh belas, ya disebut bohong dah
tuh kerjaan adalah ibadah. Misalnya lagi, kita niatkan usaha kita sebagai
ibadah, boleh ga? Bagus malah. Bukan hanya boleh. Tapi kemudian kita
menerima tamu sementara Allah datang.
Artinya kita menerima tamu pas waktu
shalat datang, dan kemudian kita abaikan shalat, kita abaikan Allah, maka
yang demikian masihkah pantas disebut usaha kita adalah ibadah? Apalagi
kalau kemudian hasil kerjaan dan hasil usaha, buat Allah nya lebih sedikit
ketimbang buat kebutuhan-kebutuhan kita. Kayaknya perlu dipikirin lagi tuh
sebutan-sebutan ibadah.
"Disebut barusan itu maksudnya jam setengah limaan ya?
Saya kan baru jam 5 nih masuk ke pom bensin ini", saya mengejar.
"Ya, kurang lebih dah".
Saya mengingat diri saya dulu yang dikoreksi oleh seorang faqih, seorang
'alim, bahwa shalat itu kudu tepat waktu. Di awal waktu. Tiada disebut
perhatian sama Yang Memberi
Rizki bila shalatnya tidak tepat waktu. Aqimish
shalaata lidzikrii, dirikanlah shalat untuk mengingat-Ku. Lalu, kita
bersantai-santai dalam mendirikan shalat. Entar-entaran. Itu kan jadi sama
saja dengan mengentar-entarkan mengingat Allah. Maka lalu saya ingatkan
sekuriti yang entahlah saya merasa he is the man yang Allah sedang berkenan
mengubahnya dengan mempertemukan dia dengan saya.
"Gini ya Kang. Kalo situ shalatnya jam setengah lima , memang
untuk
mengejar
ketertinggalan dunia saja, jauh tuh. Butuh perjalanan satu setengah jam
andai ashar ini
kayak sekarang, jam tiga kurang dikit. Bila dalam sehari
semalam kita shalat telat terus, dan kemudian dikalikan sejak akil baligh,
sejak diwajibkan shalat, kita telat terus, maka berapa jarak ketertinggalan
kita tuh? 5x satu setengah jam,
lalu dikali sekian hari dalam sebulan, dan
sekian bulan dalam setahun, dan dikali lagi sekian tahun kita telat. Itu
baru telat saja, belum kalo ketinggalan atau kelupaan, atau yang lebih
bahayanya lagi kalau bener-benar lewat tuh shalat? Wuah, makin jauh saja
mestinya kita dari senang".
Saudara-saudaraku Peserta KuliahOnline, percakapan ini kurang lebih begitu.
Mudah-mudahan sekuriti ini paham apa yang saya omongin. Dari raut
mukanya,
nampaknya ia paham. Mudah-mudahan demikian juga saudara-saudara ya? He he
he. Belagu ya saya? Masa omongan cetek begini kudu nanya paham apa
engga
sama lawan bicara?
Saya katakan pada dia. Jika dia alumni SMU, yang selama ini telat shalatnya,
maka kawan-kawan selitingnya mah udah di mana, dia masih seperti diam di
tempat. Bila seseorang membuka usaha, lalu ada lagi yang buka usaha,
sementara yang satu usahanya maju, dan yang lainnya sempit usahanya,bisa
jadi sebab ibadah yang satu itu bagus sedang yang lain tidak.
Dan saya mengingatkan kepada peserta KuliahOnline untuk tidak menggunakan
mata telanjang untuk mengukur kenapa si Fulan tidak shalat, dan cenderung
jahat lalu hidupnya seperti penuh berkah? Sedang si Fulan yang satu yang
rajin shalat dan banyak kebaikannya, lalu hidupnya susah. Jawaban terhadap
pertanyaan-pertanya an seperti ini cukup kompleks. Tapi bisa diurai satu
satu dengan bahasa-bahasa kita, bahasa-bahasa kehidupan yang cair dan dekat
dengan fakta.
Insya Allah ada waktunya pembahasan yang demikian.
Kembali kepada si sekuriti, saya tanya, "Terus, mau berubah?"
"Mau Pak Ustadz. Ngapain juga coba saya kejar Pak Ustadz nih, kalo ga
serius?"
"Ya udah, deketin
Allah dah. Ngebut ke Allah nya".
"Ngebut gimana?"
"Satu, benahin shalatnya. Jangan setengah lima -an lagi shalat asharnya.
Pantangan telat.
Buru tuh rizki dengan kita yang datang menjemput Allah.
Jangan sampe keduluan Allah".
Si sekuriti mengaku mengerti, bahwa maksudnya, sebelum azan udah standby di
atas sajadah. Kita ini pengen rizkinya Allah, tapi ga kenal sama Yang
Bagi-bagiin rizki. Contohnya ya pekerja-pekerja di tanah air ini..Kan aneh.
Dia pada kerja supaya dapat gaji. Dan gaji itu rizki. Tapi giliran Allah
memanggil, sedang Allah lah Tuhan yang sejatinya menjadikan seseorang
bekerja, malah kelakuannya seperti ga menghargai Allah. Nemuin klien, rapih,
wangi, dan persiapannya masya Allah. Eh, giliran ketemu Allah, amit-amit
pakaiannya, ga ada persiapan, dan tidak segan-segan menunjukkan wajah dan
fisik lelahnya. Ini namanya ga kenal sama Allah.
"Yang kedua," saya teruskan. "Yang kedua, keluarin sedekahnya".
Saya inget betul. Sekuriti itu tertawa. "Pak Ustadz,
pegimana mau
sedekah,
hari gini aja nih, udah pada habis belanjaan. Hutang di warung juga terpaksa
dibuka lagi,. Alias udah mulai ngambil dulu bayar belakangan".
"Ah, ente nya aja kali yang kebanyakan
beban. Emang gajinya
berapa?"
"Satu koma tujuh, Pak ustadz".
"Wuah, itu mah gede banget. Maaf ya, untuk ukuran sekuriti, yang orang
sering sebut orang kecil, itu udah gede".
"Yah, pan kudu bayar motor, bayar kontrakan, bayar susu anak, bayar ini
bayar itu. Emang ga cukup Pak ustadz".
"Itu kerja bisa gede, emang udah lama kerjanya?"
"Kerjanya sih udah tujuh
taon. Tapi gede gaji bukan karena udah lama
kerjanya. Saya ini kerjanya pagi siang sore malem, ustadz".
"Koq bisa?"
"Ya, sebab saya tinggal di mess. Jadi dihitung sama bos pegimana gitu
sampe ketemu angka 1,7jt".
"Terus, kenapa masih kurang?"
"Ya itu, sebab saya punya tanggungan banyak".
"Secara dunianya, lepas
aja itu tanggungan. Kayak motor. Ngapain juga ente
kredit motor? Kan ga perlu?"
"Pengen kayak orang-orang Pak
Ustadz".
"Ya susah kalo begitu mah. Pengen kayak orang-orang, motornya. Bukan ilmu
dan ibadahnya. Bukan cara dan kebaikannya. Repot".
Sekuriti ini nyengir. Emang ini motor kalo dilepas, dia punya 900 ribu.
Rupanya angsuran motornya itu 900 ribu. Ga jelas tuh darimana dia nutupin
kebutuhan dia yang lain. Kontrakan saja sudah 450 ribu sama air dan listrik.
Kalo ngelihat keuangan model begini, ya nombok dah jadinya.
"Ya udah, udah keterlanjuran ya? Ok. Shalatnya gimana? Mau diubah?"
"Mau Ustadz. Saya benahin dah".
"Bareng sama istri ya. Ajak dia. Jangan sendirian. Ibarat sendal, lakukan
berdua. Makin cakep kalo anak-anak juga dikerahin.. Ikutan semuanya
ngebenahin
shalat".
"Siap ustadz".
"Tapi sedekahnya tetap kudu loh".
"Yah Ustadz.
Kan saya udah bilang, ga ada".
"Sedekahin aja motornya. Kalo engga apa keq".
"Jangan Ustadz. Saya sayang-sayang ini motor.
Susah lagi belinya. Tabungan
juga ga ada. Emas juga ga punya".
Sekuriti ini berpikir, saya kehabisan akal untuk nembak dia.
Tapi saya akan
cari terus. Sebab tanggung. Kalo dia hanya betulin shalatnya saja, tapi
sedekahnya tetap ga keluar, lama keajaiban itu akan muncul. Setidaknya
menurut ilmu yang saya dapat. Kecuali Allah berkehendak lain. Ya lain soal
itu mah.
Sebentar kemudian saya bilang sama ini sekuriti, "Kang, kalo saya unjukin
bahwa situ bisa sedekah, yang besar lagi sedekahnya, situ mau percaya?".
Si
sekuriti mengangguk. "Ok, kalo sudah saya tunjukkan, mau
ngejalanin?" .
Sekuriti ini ngangguk lagi. "Selama saya bisa, saya akan jalanin,"
katanya,
manteb.
"Gajian bulan depan masih ada ga?"
"Masih.
Kan belum bisa diambil?"
"Bisa.
Dicoba dulu".
"Entar bulan depan saya hidup pegimana?"
"Yakin ga sama Allah?"
"Yakin".
"Ya kalo yakin, titik. Jangan koma. Jangan pake kalau".
Sekuriti ini saya bimbing untuk kasbon. Untuk sedekah. Sedapetnya. Tapi
usahakan semua. Supaya bisa signifikan besaran sedekahnya. Sehingga
perubahannya berasa. Dia
janji akan ngebenahin mati-matian shalatnya.
Trmasuk dia akan polin shalat taubatnya, shalat hajatnya, shalat dhuha dan
tahajjudnya. Dia juga janji akan rajinin di waktu senggang untuk baca al
Qur'an. Perasaan udah lama banget dia emang ga lari kepada Allah. Shalat
Jum'at aja nunggu komat, sebab dia sekuriti. Wah, susah dah. Dan itu dia
aminin. Itulah barangkali yang sudah membuat Allah mengunci mati dirinya
hanya menjadi
sekuriti sekian tahun,
padahal dia Sarjana Akuntansi!
Ya, rupanya dia ini Sarjana Akuntansi. Pantesan juga dia ga betah dengan
posisinya sebagai sekuriti. Ga kena di hati. Ga sesuai sama rencana. Tapi ya
begitu dah hidup.. Apa boleh buta, eh, apa boleh buat. Yang penting kerja
dan ada gajinya.
Bagi saya sendiri, ga mengapa punya banyak keinginan. Asal keinginan itu
keinginan yang diperbolehkan, masih dalam
batas-batas wajar.
Dan ga apa-apa
juga memimpikan sesuatu yang belom kesampaian sama kita. Asal apa? Asal kita
barengin dengan peningkatan ibadah kita. Kayak sekarang ini, biarin aja
harga barang pada naik. Ga usah kuatir. Ancem aja diri, agar mau menambah
ibadah-ibadahnya. Jangan malah berleha-leha. Akhirnya hidup kemakan dengan
tingginya harga,. Ga kebagian.
***
Sekuriti ini
kemudian maju ke atasannya, mau kasbon. Ketika ditanya buat
apa? Dia nyengir ga jawab. Tapi ketika ditanya berapa? Dia jawab, Pol. Satu
koma tujuh. Semuanya.
"Mana bisa?" kata komandannya.
"Ya Pak, saya
kan ga pernah kasbon. Ga pernah berani. Baru ini saya
berani".
Komandannya terus mengejar, buat apa? Akhirnya mau ga mau sekuriti ini jawab
dengan
menceritakan pertemuannya dengan saya.
Singkat cerita, sekuriti ini direkomendasikan untuk ketemu langsung sama
ownernya ini pom bensin.. Katanya, kalau pake jalur formal, dapet kasbonan
30% aja belum tentu lolos cepet. Alhamdulillah, bos besarnya menyetujui.
Sebab komandannya ini ikutan merayu, "Buat sedekah katanya Pak",
begitu kata
komandannya.
Subhaanallaah, satu pom bensin itu menyaksikan perubahan ini. Sebab cerita
si sekuriti ini sama komandannya, yang merupakan kisah pertemuannya dengan
saya, menjadi kisah yang dinanti the end story nya. Termasuk dinanti oleh
bos nya.
"Kita coba lihat, berubah ga
tuh si sekuriti nasibnya", begitu lah
pemikiran
kawan-kawannya yang tahu bahwa si sekuriti ini ingin berubah bersama Allah
melalui jalan shalat dan sedekah.
Hari demi hari, sekuriti ini dilihat sama kawan-kawannya rajin betul
shalatnya. Tepat waktu terus. Dan lumayan istiqamah ibadah-ibadah sunnahnya.
Bos nya yang mengetahui hal ini, senang. Sebab tempat kerjanya jadi
barokah
dengan adanya orang yang mendadak jadi saleh begini. Apalagi kenyataannya si
sekuriti ga mengurangi kedisiplinan kerjaannya.. Malah tambah cerah muka
nya.
Sekuriti ini mengaku dia cerah, sebab dia menunggu janjinya Allah. Dan dia
tahu janji Allah pastilah datang. Begitu katanya, menantang ledekan
kawan-kawannya yang pada mau ikutan rajin shalat dan sedekah, asal dengan
catatan dia berhasil
dulu.
Saya ketawa mendengar dan menuliskan kembali kisah ini. Bukan apa-apa, saya
demen ama yang begini. Sebab insya Allah, pasti Allah tidak akan tinggal
diam. Dan barangkali akan betul-betul mempercepat perubahan nasib si
sekuriti. Supaya benar-benar menjadi tambahan uswatun hasanah bagi yang
belum punya iman. Dan saya pun tersenyum dengan keadaan ini, sebab Allah
pasti tidak akan mempermalukannya
juga, sebagaimana Allah tidak
akan
mempermalukan si sekuriti.
Suatu hari bos nya pernah berkata, "Kita lihatin nih dia. Kalo dia ga
kasbon
saja, berarti dia berhasil. Tapi kalo dia kasbon, maka kelihatannya dia
gagal. Sebab buat apa sedekah 1 bulan gaji di depan yang diambil di muka,
kalau kemudian kas bon. Percuma".
Tapi subhaanallah, sampe akhir bulan
berikutnya, si sekuriti ini ga
kasbon.
Berhasil kah?
Tunggu dulu. Kawan-kawannya ini ga melihat motor besarnya lagi. Jadi, tidak
kasbonnya dia ini, sebab kata mereka barangkali aman sebab jual motor. Bukan
dari keajaiban mendekati Allah.
Saatnya ngumpul dengan si bos, ditanyalah si sekuriti ini sesuatu urusan
yang sesungguhnya adalah rahasia
dirinya.
"Bener nih, ga kasbon? Udah akhir bulan
loh. Yang lain bakalan gajian.
Sedang situ
kan udah diambil bulan kemaren".
Sekuriti ini bilang tadinya sih dia udah siap-siap emang mau kasbon kalo
ampe pertengahan bulan ini ga ada tanda-tanda. Tapi kemudian cerita si
sekuriti ini benar-benar bikin bengong orang pada.
Sebab apa? Sebab kata si sekuriti, pasca dia benahin shalatnya, dan dia
sedekah besar yang belum pernah dia lakukan seumur hidupnya, yakni hidupnya
di bulan depan yang dia pertaruhkan, trjadi keajaiban. Di kampung,
ada
transaksi tanah, yang melibatkan dirinya. Padahal dirinya ga trlibat secara
fisik. Sekedar memediasi saja lewat sms ke pembeli dan penjual. Katanya,
dari transaksi ini, Allah persis mengganti 10x lipat. Bahkan lebih. Dia
sedekah 1,7jt gajinya. Tapi Allah mengaruniainya komisi penjualan tanah
di
kampungnya sebesar 17,5jt. Dan itu trjadi begitu cepat. Sampe-sampe bulan
kemaren juga belum selesai. Masih tanggalan bulan kemaren, belum
berganti
bulan.
Kata si sekuriti, sadar kekuatannya ampe kayak gitu, akhirnya dia malu sama
Allah. Motornya yang selama ini dia sayang-sayang, dia jual! Uangnya
melek-melek buat sedekah. Tuh motor dia pake buat ngeberangkatin
satu-satunya ibunya yang masih hidup. Subhaanallaah
kan ? Itu jual motor,
kurang. Sebab itu motor dijual cepat harganya ga nyampe 13 juta. Tapi dia
tambahin 12 juta dari 17jt uang cash yang dia punya. Sehingga ibunya punya
25 juta. Tambahannya dari simpenan ibunya sendiri.
Si sekuriti masih bercerita, bahwa dia merasa aman dengan uang 5 juta
lebihan transaksi. Dan dia merasa ga perlu lagi motor. Dengan uang ini, ia
aman. Ga perlu
kasbon.
Mendadak si bos itu yang kagum. Dia lalu kumpulin semua karyawannya, dan
menyuruh si sekuriti ini bercerita tentang keberkahan yang dilaluinya selama
1 bulan setengah ini.
Apakah cukup sampe di situ perubahan yang trjadi pada diri si sekuriti?
Engga. Si sekuriti ini kemudian diketahui oleh owner pom bensin tersebut
sebagai sarjana S1 Akuntansi. Lalu dia dimutasi di
perusahaan si owner yang
lain, dan dijadikan staff
keuangan
di
sana . Masya Allah, masya Allah, masya
Allah. Berubah, berubah, berubah.
Saudara-saudaraku sekalian.. Cerita ini bukan sekedar cerita tentang
Keajaiban Sedekah dan Shalat saja. Tapi soal tauhid. soal keyakinan dan iman
seseorang kepada Allah, Tuhannya. Tauhid, keyakinan, dan imannya ini bekerja
menggerakkan dia hingga mampu berbuat sesuatu. Tauhid yang
menggerakkan!
Begitu saya mengistilahkan. Sekuriti ini mengenal Allah. Dan dia
baru
sedikit mengenal Allah. Tapi lihatlah, ilmu yang sedikit ini dipake sama
dia, dan diyakini. Akhirnya? Jadi! Bekerja penuh buat perubahan dirinya,
buat perubahan hidupnya.
Subhaanallaah, masya Allah.
Dan lihat juga cerita ini, seribu kali si sekuriti ini berhasil keluar
sebagai
pemenang, siapa kemudian yang mengikuti cerita ini? Kayaknya
kawan-kawan sepom
bensinnya pun belum tentu ada yang mengikuti jejak
suksesnya si sekuriti ini. Barangkali cerita ini akan lebih dikenang sebagai
sebuah cerita manis saja. Setelah itu, kembali lagi pada rutinitas dunia.
Yah, barangkali tidak semua ditakdirkan menjadi manusia-manusia pembelajar.
Pertanyaan ini juga layak juga diajukan kepada Peserta KuliahOnline yang
saat ini
mengikuti esai ini? Apa yang ada di benak Saudara? Biasa sajakah?
Atau mau bertanya, siapa
sekuriti ini yang dimaksud? Di mana pom bensinnya?
Bisa kah kita bertemu dengan orang aslinya? Berdoa saja. Sebab kenyataannya
juga buat saya tidak gampang menghadirkan testimoni aslinya. Semua orang
punya prinsip hidup yang berbeda. Di antara semua peserta KuliahOnline saja
ada yang insya Allah saya yakin mengalami keajaiban-keajaiban dalam
hidup
ini. Sebagiannya memilih diam saja, dan sebagiannya lagi memilih
menceritakan ini kepada satu dua
orang saja, dan hanya orang-orang tertentu
saja yang memilih untuk benar-benar terbuka untuk dicontoh. Dan memang bukan
apa-apa, ketika sudah dipublish, memang tidak gampang buat seseorang
menempatkan dirinya untuk menjadi contoh.
Yang lebih penting buat kita sekarang ini, bagaimana kemudian kisah
ini
mengisnpirasikan kita semua untuk kemudian sama-sama mencontoh saja kisah
ini. Kita ngebut sengebut2nya menuju Allah. Yang merasa dosanya
banyak,
sudah, jangan .

Jumat, 02 Juli 2010

I Love my fam....


Family I love

love my family with my hold heart.
My love is Joy to love my family.
Family is sad and happy and love.
Family is fun and painful and pretty.
My family is like all families we have love
and we have happiness and tearsI love my hold family.
My family is like angels who fly in sky
I am grateful that I have family that loves me.
My family are kind and nice and fun to bearound.
My family is painful like all familys are andheart breaking and Evil sometimes
My family is heart breaking and deadly likeeveryone else
Hey I can't stop loving my family not matter whatit coats in the family.
Way my family is just makes me want have family with someone be as good as they are.
But God know I love my family and our love is great to have in life
and even know they leave he world they stilla live in my hearts.

Aku Guru Tanpa Ijazah

Aku Guru Tanpa Ijazah

Ya, benar, aku seorang guru yang tidak mempunyai selembar ijasahpun. Satu kebakaran yang menimpa pemukiman tempat aku bermukim, membuatku tak memiliki bukti pendidikan selembarpun.
Sejujurnya aku memiliki ijasah SMA, yang telah menolongku mendapatkan pekerjaan penopang hidupku. Dan hidup terus berlanjut. Berbekal rasa suka pelajaran bahasa Inggris sejak SMP, aku terus mengembangkan kemampuanku berbahasa Inggris. Bukan dari sekolah tinggi atau tempat kursus bahasa, tapi dari potongan Koran, dari kertas pembungkus kacang atau belanjaan lainnya, dari buku bekas yang aku kumpulkan, aku baca, aku hafalkan semampuku.
Untuk mempraktekkan kemampuanku, aku berbicara kepada siapa saja yang meresponku berbahasa Inggris, tetangga-tetanggaku, teman dekatku, bule-bule turis yang entah dia sendiri bisa berbahasa Inggris atau tidak. Suatu saat, sakit keras menyerangku. Aku berhenti bekarja dan menjadi pengangguran tak berdaya di kampung halamanku. Untuk mengisi waktu luangku yang tak terbatas, aku memberi les bahasa inggris
gratis kepada anak-anak di lingkungan tempat tinggalku, sambil terus mengumpulkan materi belajar, seperti bungkus kacang, bungkus tempe, buku atau Koran bekas atau apa saja yang didalamnya ada bahasa Inggrisnya.
Beberapa waktu kemudian, terpikir olehku untuk menciptakan lapangan kerja untuk diriku sendiri. Bersama seoranmg teman, kami berencana membuka les bidang study untuk sekolah dasar. Belum sempat rencana itu terwujud, seseorang meminta kami untuk mengajar di tempat les yang didirikannya. Kami membatalkan rencana kami. Tapi, beberapa bulan kemudian, karena manajemen yang payah, usaha les tempat aku menjadi tutor itu gulung tikar.
Sebelum aku menjadi penganguran lagi, Kepala Sekolah Dasar dimana aku dulu menuntut ilmu, memintaku untuk mengajar Bahasa Inggris menggantikan guru sebelumnya yang tidak bisa mengajar lagi karena mendapat kecelakaan lalu lintas. Mulailah karirku sebagai seorang guru formal. Sampai sekarang, aku telah mengajar selama kurang lebih 5 tahun.
Tuhan selalu bersamaku. Aku yakini itu seyakin-yakinnya. Selama manusia tidak malas berusaha, maka Tuhan akan memberi kesempatan yang seluas-luasnya. Jika aku tidak pernah bersungguh-sungguh belajar dengan berbagai cara mempelajari bahasa Inggris, aku yakin tak akan pernah menulis
artikel ini, seperti kata Roland Kickinger, seorang bodybuilder professional, yang ku ambil dari sepotong kertas majalah bekas :
“If you believe in yourself and you know It’s what you want, you’ll stick it out, understand, though. That it won’t come over night. It takes 10-15 years of hard works. It can be a lonely road. But you have to try to surround yourself with positive people, people who will get behind you in your efforts. If you want it enough, no one will deter you”.
Penulis : Yani Surya Hadi - Peserta Content Contest 2009
Diskusikan berita ini di
Diskusi BeritaNET.com